Penyesalan memang selalu datang belakangan. Terkadang, penyesalan terasa amat kejam melebihi hakim yang menjatuhkan hukuman karena penyesalan yang tak bisa lagi diperbaiki.
Seperti yang dicurahkan pria ini.
Kehilangan harta paling berharga di dunia, seorang wanita yang menjadi penunjuk jalan masa depan anak dunia dan akhirat.
Hanya karena buta mata hatinya mertua yang hanya melihat dunia.
Cerita ini adalah kisah nyata dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
Mencintai Itu Butuh Kesabaran
Aku Begitu beruntung menikah dengan seorang pria yang saleh, pintar, tampan dan mapan.
Suamiku sangat memanjakan aku, terlihat dari rasa cinta dan sayangngnya padaku.
Hingga banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
Lima tahun berlalu tak terasa waktu begitu berlalu cepat walaupun kami hanya tinggal berdua, karena hingga saat ini kami belum dikaruniai buah malaikat kecil pelengkap keharmonisan rumah tangga kami.
Suamiku menjadi anak laki-laki satu-satunya dikeluarganya tentu aku harus berusaha mendapatkana penerus bagi keluarga, Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku.
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu dan adiknya tidak menyukaiku.
Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku.
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka.
Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur.
Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Setiap siang dan malam aku harus bolak balik dari tempat aktivitasku ke rumah sakit untuk merawat suamiku karena kecelakaan.
Namun suatu ketika saat kembali kerumah sakit kutemui suamiku dengan adik-adiknya dan teman suamiku, disaat itupula aku melihat seorang wanita yang akrab dengan mertuaku.
Alhamdulillah kala itu suamiku tersadar karena sudah 5 hari ia belum tersadar dari sakitnya, akupun tersenyum melihat wajah suamiku.
Lalu ibunya memperkenalkan seorang wanita yang bernama desi, seperti yang pernah di ceritakan suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya wanita itu bernama desi, ia sangat akrab dengan keluarga suamiku hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya.
Aku sibuk membersihkan dan mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja.”
Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku.
Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
Suami ku sudah sehat dan kejadian memilukan itu terjadi
Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.
“Ya, ada apa Yah! ” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya. ” Jawabnya tegas.
“ Ada apa? Mengapa? ”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!! ”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku.
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
"Fish, jawab! .” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
"Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami. ”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “ Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ” Dia Desi! ”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ” Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?. ”
Ayah mertuaku menjawab, “ Pernikahannya 2 minggu lagi. ”
” Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok ”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “ sudah tidak cantikkah aku ini? “
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Baca Selengkapnya Disini : 2 Tahun Pacaran 5 Tahun Menikah 2 Tahun Pula Suamiku Menjadi Orang Asing Bagiku Hingga "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan? “ II
Baca Selengkapnya Disini : 2 Tahun Pacaran 5 Tahun Menikah 2 Tahun Pula Suamiku Menjadi Orang Asing Bagiku Hingga "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan? “ II
0 Response to "Kehilangan Harta Paling Berharga Wanita Solehah Penghalang Dosa Bagiku Hanya Karena Wanita Lain Dan Butanya Mata Hati Keluargaku"
Posting Komentar