Mungkin sudah jadi kodratnya bahwa manusia merupakan makhluk konsumtif, yang selalu tak pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Meski lemari sudah penuh, namun seringnya merasa tak punya baju. Isi rak sepatu dan perabotan yang sudah penuh sesak pun, banyak yang terlupakan sampai akhirnya tidak pernah digunakan. Apalagi dengan makin mudahnya belanja online, semakin banyak saja list barang yang ingin dibeli.
Namun kini, tren seakan berbalik. Banyak orang berlomba-lomba untuk mengurangi barang yang dimiliki dan memaksimalkan apa yang ada. Para penggiat tren ini yakin bahwa banyak hal yang bisa didapat dengan memiliki sedikit barang. Tren dengan sebutan gaya hidup minimalis ini ternyata bukan sekadar desain tatanan rumah belaka, namun ada maksud dan manfaat yang bisa dirasakan oleh mereka yang menjalaninya. Apakah kamu penasaran ingin tahu lebih dalam tentang seperti apa gaya hidup minimalis tersebut? Simak ulasan Hipwee News and Feature berikut ini.
Saat orang lain merasa ada yang kurang ketika belum mempunyai suatu barang, penganut gaya hidup minimalis justru akan meminimalisir kepemilikan sebuah barang dan memaksimalkan apa yang dipunya. Mereka akan mengurangi barang yang dirasa tak begitu berguna serta berusaha untuk hidup sederhana dan apa adanya. theminimalists.com melansir gaya hidup minimalis adalah sebuah cara untuk bisa membantu kita menemukan kebebasan. Bebas dari rasa takut, rasa khawatir, rasa kecewa dan depresi.
Dengan mengusung prinsip ini, orang tak lagi merasa perlu membeli barang-barang hanya untuk kesenangan sementara, atau untuk dipamerkan pada orang lain.
Jepang merupakan salah satu negara yang cukup sering dilanda gempa bumi. 30-50 % luka yang timbul akibat bencana ini disebabkan oleh perabotan yang jatuh. Maka dari itu, mereka yang menerapkan gaya hidup minimalis tak perlu lagi khawatir karena minimnya barang yang ada di rumah. Fumio Sasaki, seperti dikutip dari Reuters, adalah salah seorang warga Jepang yang menerapkan gaya hidup ini. Ia hanya memiliki tiga kemeja, empat celana panjang, empat pasang kaos kaki, dan beberapa perabot tidak lengkap di kamar apartemennya. Tidak ada meja, kursi, atau bahkan tempat tidur.
Dengan minimnya barang yang ada di rumah, kamu akan lebih mudah menemukan barang yang mungkin terselip seperti kunci kamar atau charger HP. Namun lebih dari itu, gaya hidup minimalis juga mengajarkan kita untuk membuang budaya konsumtif, agar lebih tenang, lebih bersyukur dan lebih menikmati hidup yang kita jalani. Sisi positif lainnya adalah, kamu jadi tidak menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah.
Di samping itu, seorang penulis lepas Jepang, Naoki Numahata berujar bahwa tak hanya soal kepemilikan barang semata, namun ia juga merasa bahwa gaya hidup minimalis membuatnya berusaha untuk melakukan aktivitas dengan gerakan selembut mungkin, dan menghindari suara-suara bising yang memekakan telinga. Kebiasan ini membuat hidupnya makin tenang dan memiliki banyak waktu untuk mengurus kegiatan lain.
Buat daftar barang mana yang benar-benar diperlukan dan yang akan disingkirkan
Manajemen waktu yang lebih tertata dan produktif
Seringnya, kita merasa tidak punya banyak waktu untuk melakukan beberapa hal, namun pada kenyataannya justru jauh dari produktifitas dan stuck di situ-situ saja. Gaya hidup minimalis juga tentang pengelolaan waktu. Jadi, lakukan evaluasi bagaimana perlakuanmu terhadap waktu selama ini.
Baca juga : Jual Rumah Seharga 1.5 Triliun Keluarga Ini Tak Menyadari Rumahnya Menyimpan Benda Ini
Dari gaya hidup minimalis ini kita juga jadi belajar perspektif baru bahwa menjadi bahagia bukan diukur dari barang-barang yang berhasil dibeli, namun juga pada ketenangan yang didapat dan waktu yang dipunya. Jika sudah mencoba, ternyata banyak yang mengaku justru merasa bebas, ringan, dan tercukupi.
Namun kini, tren seakan berbalik. Banyak orang berlomba-lomba untuk mengurangi barang yang dimiliki dan memaksimalkan apa yang ada. Para penggiat tren ini yakin bahwa banyak hal yang bisa didapat dengan memiliki sedikit barang. Tren dengan sebutan gaya hidup minimalis ini ternyata bukan sekadar desain tatanan rumah belaka, namun ada maksud dan manfaat yang bisa dirasakan oleh mereka yang menjalaninya. Apakah kamu penasaran ingin tahu lebih dalam tentang seperti apa gaya hidup minimalis tersebut? Simak ulasan Hipwee News and Feature berikut ini.
Lebih dari sekadar tren, gaya hidup minimalis juga berfokus pada ketenangan dan pencerahan batin
Saat orang lain merasa ada yang kurang ketika belum mempunyai suatu barang, penganut gaya hidup minimalis justru akan meminimalisir kepemilikan sebuah barang dan memaksimalkan apa yang dipunya. Mereka akan mengurangi barang yang dirasa tak begitu berguna serta berusaha untuk hidup sederhana dan apa adanya. theminimalists.com melansir gaya hidup minimalis adalah sebuah cara untuk bisa membantu kita menemukan kebebasan. Bebas dari rasa takut, rasa khawatir, rasa kecewa dan depresi.
Gaya hidup ini kabarnya terinspirasi dari falsafah Zen Buddhist, bahwa less is more. Falsafah ini mengajarkan tentang kesederhanaan hidup. Ajaran yang berasal dari Asia Timur ini memang berfokus pada ketenangan dan pencerahan batin manusia. Seseorang dapat mencapai ketenangan apabila dia mampu memilah hal-hal yang perlu dipikirkan, dan hal-hal yang pantas diabaikan, serta mampu memandang sesuatu tak hanya dari satu sisi saja.
Bermula di Jepang, gaya hidup ini berakar pada seringnya negeri sakura ini ditimpa bencana gempa bumi
Jepang merupakan salah satu negara yang cukup sering dilanda gempa bumi. 30-50 % luka yang timbul akibat bencana ini disebabkan oleh perabotan yang jatuh. Maka dari itu, mereka yang menerapkan gaya hidup minimalis tak perlu lagi khawatir karena minimnya barang yang ada di rumah. Fumio Sasaki, seperti dikutip dari Reuters, adalah salah seorang warga Jepang yang menerapkan gaya hidup ini. Ia hanya memiliki tiga kemeja, empat celana panjang, empat pasang kaos kaki, dan beberapa perabot tidak lengkap di kamar apartemennya. Tidak ada meja, kursi, atau bahkan tempat tidur.
Mungkin buatmu masih terlihat aneh, tapi gaya hidup minimalis ternyata menyimpan banyak manfaat
Dengan minimnya barang yang ada di rumah, kamu akan lebih mudah menemukan barang yang mungkin terselip seperti kunci kamar atau charger HP. Namun lebih dari itu, gaya hidup minimalis juga mengajarkan kita untuk membuang budaya konsumtif, agar lebih tenang, lebih bersyukur dan lebih menikmati hidup yang kita jalani. Sisi positif lainnya adalah, kamu jadi tidak menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah.
Di samping itu, seorang penulis lepas Jepang, Naoki Numahata berujar bahwa tak hanya soal kepemilikan barang semata, namun ia juga merasa bahwa gaya hidup minimalis membuatnya berusaha untuk melakukan aktivitas dengan gerakan selembut mungkin, dan menghindari suara-suara bising yang memekakan telinga. Kebiasan ini membuat hidupnya makin tenang dan memiliki banyak waktu untuk mengurus kegiatan lain.
Untuk membantu mencapai gaya hidup minimalis, kamu bisa memulai dengan beberapa cara berikut
Untuk barang yang akan disingkirkan, kamu bisa menjualnya kembali (jika kondisi masih baik), atau memberikannya pada saudara atau mereka yang lebih membutuhkan
Tidak hanya barang yang kasat mata, kamu juga perlu merapikan data pada file laptop atau komputer
Seperti halnya merapikan lemari, kamu juga perlu merapikan data yang tersimpan pada file laptop atau komputer. Karena gaya hidup minimalis juga dimulai dengan menyederhanakan serta merapikan file yang kamu punya. Nggak bisa dimungkiri, terkadang laptop atau PC kita dipenuhi oleh data-data yang tidak penting dan juga file yang berantakan.Manajemen waktu yang lebih tertata dan produktif
Seringnya, kita merasa tidak punya banyak waktu untuk melakukan beberapa hal, namun pada kenyataannya justru jauh dari produktifitas dan stuck di situ-situ saja. Gaya hidup minimalis juga tentang pengelolaan waktu. Jadi, lakukan evaluasi bagaimana perlakuanmu terhadap waktu selama ini.
Baca juga : Jual Rumah Seharga 1.5 Triliun Keluarga Ini Tak Menyadari Rumahnya Menyimpan Benda Ini
Dari gaya hidup minimalis ini kita juga jadi belajar perspektif baru bahwa menjadi bahagia bukan diukur dari barang-barang yang berhasil dibeli, namun juga pada ketenangan yang didapat dan waktu yang dipunya. Jika sudah mencoba, ternyata banyak yang mengaku justru merasa bebas, ringan, dan tercukupi.
0 Response to "Jangan Takut Miskin atau Kekurangan, karena Sekarang Jamannya Minimalis"
Posting Komentar