MUSLIM PENJAGA MAKAM YESUS
Makam Yesus dijaga oleh ummat Muslim, ngaco. Mana ada..???
Nah ini, pertanyaan kaum fenthol qoreq yg intonasinya sudah nge-gas duluan tanpa mau dengar penjelasan atw mencari literasi sejarah.
Gereja Makam Kudus atw Church of the Holy Sepulchre, adalah gereja Kristen di Kota Lama Yerusalem. Situs ini dipercaya oleh banyak orang Kristen sebagai Golgota tempat Yesus disalibkan. Gereja ini menjadi tujuan peziarahan Kristen sejak abad ke-4, sebagai tempat wafat dan kebangkitan Yesus.
Pada tahun 1187, Sultan Saladin yang menguasai Yerusalem, menunjuk dua keluarga Muslim yaitu keluarga Nuseibeh dan Al Hussein, sebagai pemegang kunci dan pengurus gereja tersebut. Sultan Saladin ingin memastikan bahwa, gereja tersebut tidak dirusak oleh umat muslim seperti pada tahun 1009, ketika pemimpin kekhalifahan Fatimiyah, Al Hakim, memerintahkan sejumlah gereja di Yerusalem dibakar, termasuk Gereja Makam Kudus.
Gereja tersebut digunakan oleh enam denominasi kuno, Katolik Roma, Ortodoks Yunani, Ortodoks Armenia, Ortodoks Suriah, Ortodoks Etiopia, dan Ortodoks Koptik. Setiap mazhab memiliki biarawan yang bermukim di kompleks gereja seperti yang dikutip dari akun facebook pagekatakita.
Sepanjang sejarah, hubungan antara komunitas keagamaan di kompleks itu mengalami pasang-surut, bahkan pernah muncul aksi kekerasan manakala menentukan denominasi mana yang menguasai bagian tertentu dari gedung gereja.
Agar ketegangan tidak meluap, sebuah perjanjian dibuat pada tahun 1853 berisi pembagian ruangan dalam gereja untuk setiap denominasi. Perjanjian ini mengikutsertakan penjaga Gereja tersebut yg notabenenya adalah ummat muslim.
Setiap pagi, tatkala gerbang gereja dibuka pada pukul 04.00, anggota keluarga Nuseibeh dan Al Husseini, atau perwakilan yang ditunjuk kedua keluarga itu, muncul untuk melakoni sebuah upacara.
Perwakilan keluarga muslim membuka kunci dan mendorong salah satu daun pintu. Kemudian pemuka agama Katolik Roma, Ortodoks Yunani atau Ortodoks Armenia (tergantung dari siapa yang bertugas menurut jadwal), masuk ke dalam gereja dan menarik daun pintu lainnya.
Beberapa kali, ketegangan ini hampir memicu konflik antar negara adidaya dunia. Pada 1853, Rusia mengancam akan menginvasi Turki jika pemerintahan Ottoman, yang menguasai Yerusalem, meloloskan permintaan Prancis agar sebagian wilayah Ortodoks Yunani di dalam Gereja Makam Kudus diberikan ke Katolik Roma.
Ancaman ini membuat penguasa Ottoman, Sultan Abdulmecid I, mengeluarkan dekrit berisi penghentian pengalihan hak dan properti di dalam Gereja Makam Kudus.
Sampai sekarang, status quo itu masih berlaku dalam setiap sendi kepengurusan gereja, mulai dari jadwal misa, bahasa yang digunakan saat misa, hingga rute setiap prosesi.
Setiap perubahan dari rutinitas itu berisiko menyebabkan ketegangan dan kekerasan. Contoh peristiwa terkini berlangsung pada 2008 manakala baku hantam terjadi antara pemuka Ortodoks Yunani dan Ortodoks Armenia gara-gara rute prosesi. Akibatnya, beberapa orang ditangkap.
Karena menjaga status quo merupakan urusan yang pelik, renovasi dan perbaikan gereja sangat jarang dilakukan, kata Raymon Cohen.
"Menjaga perdamaian bukan urusan yang mudah," ucapnya.
Mengharukan sekali. Umat Muslim disana justru membawa perdamaian bagi sekte-sekte agama Nasrani. Sementera disini, Banser yg jaga gereja dihina, dicela dan dinyinyirin. Bukan hanya itu, sesama umat Muslim sibuk saling mengkafirkan jika tidak sepaham dan berbeda pandang. Gimana mau berdamai, sama diri sendiri saja saling menghujat.
Makam Yesus dijaga oleh ummat Muslim, ngaco. Mana ada..???
Nah ini, pertanyaan kaum fenthol qoreq yg intonasinya sudah nge-gas duluan tanpa mau dengar penjelasan atw mencari literasi sejarah.
Gereja Makam Kudus atw Church of the Holy Sepulchre, adalah gereja Kristen di Kota Lama Yerusalem. Situs ini dipercaya oleh banyak orang Kristen sebagai Golgota tempat Yesus disalibkan. Gereja ini menjadi tujuan peziarahan Kristen sejak abad ke-4, sebagai tempat wafat dan kebangkitan Yesus.
Pada tahun 1187, Sultan Saladin yang menguasai Yerusalem, menunjuk dua keluarga Muslim yaitu keluarga Nuseibeh dan Al Hussein, sebagai pemegang kunci dan pengurus gereja tersebut. Sultan Saladin ingin memastikan bahwa, gereja tersebut tidak dirusak oleh umat muslim seperti pada tahun 1009, ketika pemimpin kekhalifahan Fatimiyah, Al Hakim, memerintahkan sejumlah gereja di Yerusalem dibakar, termasuk Gereja Makam Kudus.
Gereja tersebut digunakan oleh enam denominasi kuno, Katolik Roma, Ortodoks Yunani, Ortodoks Armenia, Ortodoks Suriah, Ortodoks Etiopia, dan Ortodoks Koptik. Setiap mazhab memiliki biarawan yang bermukim di kompleks gereja seperti yang dikutip dari akun facebook pagekatakita.
Sepanjang sejarah, hubungan antara komunitas keagamaan di kompleks itu mengalami pasang-surut, bahkan pernah muncul aksi kekerasan manakala menentukan denominasi mana yang menguasai bagian tertentu dari gedung gereja.
Agar ketegangan tidak meluap, sebuah perjanjian dibuat pada tahun 1853 berisi pembagian ruangan dalam gereja untuk setiap denominasi. Perjanjian ini mengikutsertakan penjaga Gereja tersebut yg notabenenya adalah ummat muslim.
Setiap pagi, tatkala gerbang gereja dibuka pada pukul 04.00, anggota keluarga Nuseibeh dan Al Husseini, atau perwakilan yang ditunjuk kedua keluarga itu, muncul untuk melakoni sebuah upacara.
Perwakilan keluarga muslim membuka kunci dan mendorong salah satu daun pintu. Kemudian pemuka agama Katolik Roma, Ortodoks Yunani atau Ortodoks Armenia (tergantung dari siapa yang bertugas menurut jadwal), masuk ke dalam gereja dan menarik daun pintu lainnya.
Beberapa kali, ketegangan ini hampir memicu konflik antar negara adidaya dunia. Pada 1853, Rusia mengancam akan menginvasi Turki jika pemerintahan Ottoman, yang menguasai Yerusalem, meloloskan permintaan Prancis agar sebagian wilayah Ortodoks Yunani di dalam Gereja Makam Kudus diberikan ke Katolik Roma.
Ancaman ini membuat penguasa Ottoman, Sultan Abdulmecid I, mengeluarkan dekrit berisi penghentian pengalihan hak dan properti di dalam Gereja Makam Kudus.
Sampai sekarang, status quo itu masih berlaku dalam setiap sendi kepengurusan gereja, mulai dari jadwal misa, bahasa yang digunakan saat misa, hingga rute setiap prosesi.
Setiap perubahan dari rutinitas itu berisiko menyebabkan ketegangan dan kekerasan. Contoh peristiwa terkini berlangsung pada 2008 manakala baku hantam terjadi antara pemuka Ortodoks Yunani dan Ortodoks Armenia gara-gara rute prosesi. Akibatnya, beberapa orang ditangkap.
Karena menjaga status quo merupakan urusan yang pelik, renovasi dan perbaikan gereja sangat jarang dilakukan, kata Raymon Cohen.
"Menjaga perdamaian bukan urusan yang mudah," ucapnya.
Mengharukan sekali. Umat Muslim disana justru membawa perdamaian bagi sekte-sekte agama Nasrani. Sementera disini, Banser yg jaga gereja dihina, dicela dan dinyinyirin. Bukan hanya itu, sesama umat Muslim sibuk saling mengkafirkan jika tidak sepaham dan berbeda pandang. Gimana mau berdamai, sama diri sendiri saja saling menghujat.
0 Response to "Keluarga Muslim Penjaga Perdamaian Diantara Enam Denominasi Di Gereja Yerusalem"
Posting Komentar